Jumat, 06 Mei 2011

Hki(sejarah-history SEJARAH SINGKAT GEREJA HKI “ Aku akan mengutus dari antara mereka ke pulau-pulau yang jauh yang belum pernah mendengar kabar tentang Aku dan yang belum pernah melihat kemuliaanKu” ( Yes. 66 : 10 ). I. Pendahuluan. Suku Batak adalah salah satu suku yang cukup besar di Indonesia. Karena kebesarannya, orang Batak selalu menyebut “Bangso Batak”. Menurut SejarahNya, suku Batak menyebar dari Pulau Samosir ke daerah-daerah lainnya di Indonesia. Suku Batak terdiri dari lima etnis, yaitu : Toba, Simalungun, Karo, Pakpak Dairi, Angkola – Mandailing. Berabad-abad lamanya, suku Batak berada dalam “kegelapan”. Oleh Anugerah Allah yang dinyatakan dalam Yesus Kristus, setelah tiba waktunya, Allah mengutus hamba-hambaNya memberitakan Injil kehidupan ke tengah-tengah suku Batak yang masih berada dalam kegelapan itu. Bangsa Belanda yang sudah + 226 menjajah Indonesia, senantiasa berusaha memajukan usaha dagangnya ( VOC ). Dalam waktu yang bersamaan, mereka melihat bahwa penduduk di Indonesia masih lebih banyak yang belum beragama, selain agama suku. Keadaan ini mereka beritakan kepada Gereja-Gereja di Negeri Belanda. Atas dasar berita ini, Gereja Belanda melalui Badan Zending NZG (Nederlanche Zending Genoschap) mulai mengutus Penginjil ke Indonesia. Mereka memula Penginjilan itu dari daerah-daerah yang telah ditaklukkan oleh militer Belanda karena dianggap lebih aman. Mereka memulai pekerjaan itu dari Batavia ( Jakarta sekarang ). Disamping Gereja Belanda, Gereja Babtis Amerika Serikat juga mengutus dua orang Misionaris untuk bekerja di Indonesia. Akan tetapi hingga akhir pelayanannya kedua misionaris itu belum berhasil menyebarkan Injil ke Tanah Batak. Sepuluh tahun kemudian, tahun 1834, Gereja Boston Amerika Serikat mengutus dua orang lagi Penginjil untuk bekerja di Tanah Baatak, mereka adalah Tuan Munson dan Tuan Lyman. Setelah menempuh jarak kira-kira 100 km dari suatu daerah yang benama Barus dengan berjalan kaki melewati rawa-rawa , gunung-gunung batu terjal, dan hutan belukar, mereka sampai di Sisangkak Lobupining kira-kira 10 km dari Tarutung ke arah Sibolga. Kedua orang Misionaris ini ditolak dan dibunuh oleh penduduk setempat tanggal 28 juni 1834. Setelah beberapa tahun Badan Zending Belanda NZG bekerja di Batavia, merekapun mulai melakukan penginjilan ke tanah Batak dengan mengutus seorang Misioanaris bernama Pdt. Van Asselt. Mereka memulainya dari arah selatan ( Sipirok ). Van asselt disusul oleh dua orang Misioanaris dari Badan Zending Jerman “Reinsche Mission Gesellschaft (RMG)”, yaitu Pdt. Heiny dan Pdt. Klammer ke Sipirok. Sebelumnya kedua Misionars ini pertama kali diutus oleh Badan Zending RMG bekerja ke Borneo (Kalimantan), akan tetapi, mereka ditolak disana kemudian kembali ke Batavia lalu diutus ke Tanah batak ( Sipirok ). Setelah kedua misionars RMG ini sampai di sipirok, pada tanggal 07 Oktober 1861 tugas penginjilan selanjutnya di Tanah Batak diserahkan oleh NZG (Van Asselt ) kepada RMG ( Pdt. Heyni dan Pdt. Klammer ). Tanggal serah terima inilah yang dicatat sebagai permulaan keKristenan ditanah Batak. Satu Tahun kemudian, RMG mengutus seorang misionaris , yaitu Pdt. I.L Nommensen, yang akhirnya kita sebut sebagai Rasul Orang Batak. Beliau sampai di Barus pada tanggal 14 Mei 1862 dan terus ke Sipirok bergabung dengan misionaris Pdt. Heyni dan Pdt. Klammer. Setelah berdiskusi dengan kedua Misioanaris ini, disepakati pembagian wilayah pelayanan, bahwa Nomensen akan bekerja di Silindung. Kunjungan Pertama ke Tarutung dilakukan oleh Nomensen pada Tanggal 11 November 1863. Pada Kunjungan pertama ini, Nomensen diterima oleh Ompu Pasang ( Ompu Tunggul ) kemudian tinggal dirumahnya yang daerahnya masuk dalam kekuasaan Raja Pontas LumbanTobing. Dari sini Nomensen kemudian kembali ke Sipirok untuk mempersiapkan segala sesuatunya yang diperlukan dalam pelayanannya. Pada pertengahan tahun berikutnya, 1864, Nomensen dengan membawa semua perlengkapannya berangkat kembali ke Tarutung, dan tiba di Tarutung pada tanggal 07 Mei 1864. Nomensen kembali kerumah Ompu Pasang (Ompu Tunggul ), tetapi dia ditolak. Di Onan Sitahuru, Nomensen duduk dan merenung dibawah sebatang pohon beringin ( hariara) untuk memikirkan apa yang akan dia perbuat. Nomensen lalu pergi kedesa lain dan sampai ke di desa Raja Aman Dari LumbanTobing. Nomensen berharap Raja Aman Dari Lumbantobing dapat mengijinkannya tinggal diatas lumbung padinya. Akan tetapi raja Aman Lumbantobing sedang pergi kedesa lain membawa isterinya yang sedang sakit keras. Melalui seorang utusan, Nomensen menyampaikan niatnya ini kepada Raja Aman Lumbantobing, akan tetapi Raja Aman Lumbantobing menolak. Nommensen kemudian meminta utusannya ini untuk kembali menemui Raja Aman Lumbantobing untuk kedua kalinya dengan pesan, “bahwa sekembalinya Raja Aman kedesanya, penyakit istrinya akan hilang”. Raja Aman kemudian berkata, apabila perkataan Nomensen itu benar, maka dia akan mengizinkan Nomensen tinggal dirumahnya. Oleh kuasa Tuhan pemilik Gereja, apa yg dikatakan oleh Nomensen terbukti. Penyakit istri Raja Aman sembuh. Raja Aman Lumbantobing kemudian menginjinkan Nomensen tinggal dirumahnya. Akan tetapi, pada mulanya Raja Pontas LumbanTobing tidak mau menerima Nomensen. Dia berusaha mempengaruhi Raja-Raja di Silindung supaya menolak Nomensen. Sebaliknya, Raja Aman Dari LumbanTobing, juga berusaha mempengaruhi Raja-Raja di Silindung untuk menerimanya. Sehingga masyarakat di sekitar Silindung terbagi dua dalam hal penerimaan terhadap Nomensen. Walaupun masyarakat Silindung terbagi dua (ada yang menerima dan ada yang menolak Nomensen), Nomensen tetap berada di Tarutung dan memulai pelayanannya mengabarkan Injil. Oleh Kuasa Tuhan, satu Tahun kemudian, 27 Agustus 1865, Nomensen dapat melakukan pembabtisan pertama kepada satu orang Batak. Bahkan di Kemudian hari, Raja Pontas Lumban Tobing yang dulunya menolak Nommensen, meminta supaya dia dan keluarganya dibabtiskan. Pada saat itu juga Raja Pontas meminta supaya Nomensen pindah dari Huta Dame ke Pearaja. Setelah Raja Pontas dan keluarganya masuk Kristen, masyarakat Silindung makin banyak masuk Kristen. Sejalan dengan pertumbuhan Gereja di Silindung, Nomensen membuka Sekolah Guru di Pansur Napitu. Lulusan sekolah ini dijadikan menjadi guru Injil dan Guru Sekolah. Dikemudian hari, sekolah ini dipindahkan ke Sipaholon. Kemudian, Nomensen membuka Pos Penginjilan baru di Sigumpar. Dari sanalah beliau menyebarkan Injil bersama para pembantunya ke seluruh Toba Holbung dan Samosir. Nomensen meninggal pada pada tanggal 22 Mei 1918 dan dikebumikan pada tanggal 24 Mei 1918 di Sigumpar, disamping makam istrinya tercinta yang telah mendahuluinya. I. GERAKAN KEMANDRIAN GEREJA BATAK Untuk meningkatkan taraf hidup, banyak orang Batak Kristen yang merantau ke Pesisir Timur Pulau Sumatera dan Jawa. Kebanyakan dari mereka yang pindah adalah Petani yang bersahaja, hanya sedikit dari antara mereka yang bekerja di perkebunan. Kita tidak mengetahui secara pasti kapan mulai terjadi. Yang dapat kita catat adalah bahwa sejak tahun 1907 para perantau ini sudah mendirikan gereja-gerejanya sendiri disekitar perkebunan Tapanuli, kota-kota pesisir Sumatera Timur hingga pada Tahun 1920 di Jakarta yang dikaitkan dengan tradisi Gereja Batak di Tapanuli dan dengan RMG. Gereja-Gereja di Perantauan ini makin gencar menuntut kemandirian Gerejanya dari RMG. Mereka makin mendorong usaha kemandirian yang telah dilakukan melalui pendirian “Pardonganon Kongsi Mission Batak (PMB)” pada tanggal 02 November 1909 di Tarutung dan “Hadomuan Kristen Batak” ( HKB) pada tanggal 28 September 1917 di Balige. III. HOERIA CHRISTEN BATAK ( H.Ch.B ) adalah Gereja Mandiri yang pertama. 1. Berdiri 01 Mei 1927 Sejak Tahun 1907 sudah ada jemaat yang dirikan oleh RMG di Pematang Siantar ( Jalan Gereja sekarang ), dan jemaat ini menjadi pusat utama para Misioner RMG di Sumatera Timur. Akan tetapi, warga Jemaatnya banyak yang tersebar disekitar pinggiran kota Pematang Siantar yang jaraknya kurang lebih 04 km dari gereja ini dan F.Sutan Malu Panggabean adalah salah seorang dari antaranya. Mempertimbangkan sulitnya menjangkau Gereja di Pematang Siantar dengan Jalan kaki, maka F. Sutan Malu Panggabean ( yang adalah lulusan Sekolah Guru Seminari Sipaholon tahun 1909) mengusulkan agar didirikan satu jemaat baru di Pantoan. Usul ini ditolak oleh Pdt. R. Scheneider ( Missionari RMG) di Gereja Pematang Siantar. Sejalan dengan lahirnya hari kebangkitan Nasional melalui pendirian Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 dan didorong oleh keinginan kemandirian Gereja dari RMG, serta penolakan mendirikan Jemaat Baru di Pantoan oleh Misionaris RMG di Pematang Siantar, adalah menjadi salah satu alasan untuk mendirikan satu gereja baru di Pantoan yang kemudian disebut Hoeria Christen Batak ( H.Ch.B). Sebenarnya, sejak tahun 1927, F.P.Sutan Malu sudah mulai melakukan kebaktian Minggu dirumahnya di daerah Pantoan Pematang Siantar. Akan tetapi, baru pada tanggal 01 April 1927 membuat surat pemberitahuan resmi kepada pemerintahan. Alasan utama mendirikan Gereja ini ( disamping alasan yang disebut diatas ) dinyatakan oleh F. Sutan Malu Panggabean pada waktu beliau ditanyai oleh Pejabat Pemerintah Simalungun, adalah Firman Tuhan yang tertulis dalam Yakobus 1 : 22 : “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar saja jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri”. Dari alasan yang dikemukakan ini nampak dengan jelas bahwa pendirian Gereja HChB yang memperluas namanya menjadi HKI adalah untuk menyelenggarakan Pekabaran Injil ( Marturia), persekutuan ( Koinonia), dan Pelayanan Kasih ( Diakonia ). 2. Perkembangan Mula-mula Sambutan masyarakat Kristen Batak terhadap H.Ch.B di Pematang Siantar dan sekitarnya sangat luar biasa. Dalam kurun waktu yang relative singkat (8 Tahun), yaitu pada masa 1927-1930 terdapat 5 Jemaat dengan 220 Kepala Keluarga, dan pada masa 1931-1933 jumlahnya bertambah menjadi 47 Jemaat dan pada masa 1933-1935 jumlahnya sudah mencapai lebih dari 170 Jemaat. Dari daerah Pematang Siantar dan sekitarnya, pada masa 1931-1942, Gereja HChB sudah menyebar sampai ke Daerah Deli Serdang, Tapanuli didaerah Humbang, Sipahutar, Pangaribuan, Silindung sekitarnya, Patane Porsea atau Toba Holbung sekitarnya, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Sidikalang, atau Dairi sekitarnya, Tanah Alas dan sekitarnya. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa gerakan kemandirian Gereja itu tidak hanya terjadi diPematang Siantar dan sekitarnya, tetapi juga di Medan. Demikianlah pada tanggal 5 Agustus 1928 oleh 123 orang warga jemaat RMG mendirikan satah satu Jemaat baru di Medan yang disebut “Hoeria Christen Batak Medan Parjolo” ( HChB Medan I ). Karena banyak yang tidak senang atas pendirian Gereja Baru ini, maka kelompok yang tidak senang ini menamai mereka “Partai 123”. Sebutan ini dimaksud untuk mendiskreditkan Gereja Baru ini sebagai partai politik bukan Gereja. Jermaat inilah yang menjadi jemaat HKI jalan Dahlia Medan sekarang. Semua jemaat-jemaat diharuskan menyelenggarakan Pendidikan kepada anak-anak setingkat sekolah dasar. 2. RECHTPERSON DAN HAK MENYELENGGARAKAN SAKRAMENT. H.Ch.B yang disebut-sebut oleh orang-0rang yang tidak menyukainya sebagai kumpulan Partai Politik sangat menderita. Karena HChB tidak diakui sebagai Gereja, maka tidak diberi hak melayankan sacrament ( Babtisan dan Perjamuan Kudus ) oleh pemerintahan Belanda. Atas dasar ini maka Pimpinan HChB Voorzitter F. Sutan Maloe Panggabean dan Secretaris I.M Titoes Lumban Gaol memohon Rechtperson dan izin melayankan sacrament kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Jakarta pada tanggal 09 September 1929 dan disusul tanggal 01 Agustus 1931. Akan tetapi jawaban dari Pemerintah Belanda tidak kunjung tiba. Karena permohonan-permohonan tidak ditanggapi, maka diputuskan untuk mengutus Voorzitter F. Sutan Maloe Panggabean langsung menghadap Gebernur Jenderal di Jakarta. Biaya yang dibutuhkan f.250 ( sama dengan harga 310 kaleng beras). Untuk mengusahakan biaya ini ditugaskan pengurus HChB Pantoan dan Dolok Merangir. Akan tetapi, mereka gagal untuk mencarinya. Seluruh jemaat-jemaat di Pematang Siantar dan sekitarnya berdatangan ke Pantoan untuk mendoakan kepergian Voorzitter F. Sutan Maloe Panggabean Pimpinan Gereja mereka agar Tuhan menyediakan biaya yang dibutuhkan dan beliau dituntun, diperlengkapi, dikuatkan serta dipelihara oleh Tuhan dalam perjalanannya. Mereka bernyanyi dan berdoa dengan deraian air mata. Atas dasar keyakinan, Voorzitter F. Sutan Maloe Panggabean berangkat ke Dolok Merangir dan besok paginya direncanakan berangkat ke Belawan. Beliau sampai disana pukul 22.30 (malam). Sekretaris I M.T LumbanGaol menginformasikan bahwa biaya yang dibutuhkan ke Batavia belum diperoleh. Dengan lebih dulu bernyanyi dan berdoa diiringi dengan isakan tangis , dalam kegelapan malam Bapak M.T Lumban Gaol berangkat lagi untuk mengusahakannya. Beliau kembali pada pukul 01.30 (pagi) dengan membawa sejumlah uang yg dibutuhkan. seorang yang bukan warga gereja berkenan meminjamkannya kepada bapak M.T Lumban Gaol. Inilah yang memungkinkan keberangkatan Voorzitter F. Sutan Maloe Panggabean langsung menghadap Gebernur Jenderal di Jakarta. Dengan diiringi doa dan air mata, seluruh warga Jemaat melambaikan tangan untuk memberangkatkan Pimpinan Gereja nya ke Batavia. Di Batavia, melalui bantuan seorang pengacara yang bernama Mr. Hanif, Voorzitter F.P Sutan Malu Panggabean dapat menemui Gubernur Jenderal Belanda di Bustenzorg ( Bogor sekarang ). Setelah dilakukan rapat oleh pemerintah Belanda maka pada tanggal 27 Mei 1933 ( dua hari berikutnya ) Rechtperson diberikan. Dan sepuluh hari berikutnya, izin melayankan Sakrament juga diberikan oleh pemerintahan Hindia Belanda. Menyadari pentingnya pelayan untuk melayankan Sakrament maka pata tahun 1933 Voorzitter F.P Sutan Malu Panggabean ditahbiskan menjadi Pendeta. 3. PERLUASAN NAMA HChB MENJADI HKI Atas kesadaran perluasan misi Gereja dan atas kesadaran bahwa HChB bukan hanya untuk berada di Tanah Batak Saja, maka pada Synode tanggal 16-17 November 1946 nama HChB ( Huria Christen Batak ) diperluas menjadi HKI ( Huria Kristen Indonesia ). Dalam Synode ini juga dipilih Voorzitter ( Ketua Pucuk Pimpinan yang baru ) Pdt. T.J Sitorus. Beliau inilah yang memimpin HKI sampai Juli tahun 1978 ( 32 Tahun ). Akan tetapi sangat disayangkan, setelah selesai Synode, ada beberapa Jemaat dan Pendeta yang menyatakan ketidaksetujuan nya pada perluasan nama ini. Mereka terpisah dari HKI dan tetap memakai nama HChB, yang kemudian diubah menjadi “Gereja Batak Kristen ( GKB ). Baru pada tanggal 26 Agustus 1976 Synode GKB menyatakan diri bergabung kembali dengan HKI. 4. KEGIATAN OIKUMENIS a. Terisolasi selama 40 Tahun Seperti disebutkan diatas, bahwa Badan Zendng RMG tidak mengakui HChB (HKI) sebagai Gereja. Oleh sebab itu, selain dari mempengaruhi Pemerintahan Hindia Belanda untuk mempersulit Gereja HChB memperoleh Rechtperson dan izin melayankan sacrament, juga menghambat HChB ( HKI ) memasuki Badan-Badan Oikumenis di Indonesia dan Internasional selama 40 Tahun. Selama 40 Tahun ini HChB ( HKI ) sangat menderita. Semua Perguruan Teologia di Indonesia tertutup untuk HChB ( HKI ). Dengan kemampuannya yang terbatas, HChB ( HKI ) mendidik para Pelayannya ( Pendeta, Guru Jemaat, Bibelvrow dan Evangelis) selama 40 Tahun. HKI juga tidak menerima bantuan apapun dari gereja-Gereja dalam dan Luar Negeri. Gereja HKI benar-benar berdiri sendiri dalam daya, dana dan teologia. Selama 40 tahun ini juga, HChB ( HKI ) mencatat tiga kali kemelut Internal ( masa 1934-1942; 1946; 1959-1964). Akan tetapi oleh anugerah Tuhan pemilik Gereja itu dan dilandasi oleh semangat kemandirian Gereja HChB ( HKI ) dapat menyelesaikan sendiri masalah internalnya. B. DITERIMA DALAM KEGIATAN OIKUMENIS. Setelah bergumul didalam doa dan melalui pendekatan-pendekatan yang sangat melelahkan, maka pada Sidang Dewan Gereja-Gereja Indonesia ( DGI ) tanggal 29 Oktober 1967 di Makasar (Ujung Pandang ) HKI diterima menjadi Anggota DGI. Sejak HKI diterima menjadi Anggota PGI, terbukalah pintu bagi HKI untuk Persekutuan Gereja-Gereja Internasional. Sekarang HKI adalah salah satu Gereja Anggota di CCA, LWF, WCC, UEM dan memiliki hubungan yang baik dengan Gereja-Gereja di Indonesia dan dengan gereja –Gereja di Indonesia dan dengan Gereja-Gereja Manca Negara misalnya ELCA ( AMerika), LCA ( Australia), Gereja Rheinland dan Wesfalia di Jerman, dan secara khusus memiliki hubungan Partnership dengan K.K Hamm Jerman. 5. KEADAAN SEKARANG Dalam umurnya yang ke 83 tahun ini, HKI sudah tersebar di persada nusantara yaitu Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Warga jemaatnya kurang lebih 355.000 jiwa dan tersebar di 734 Jemaat, 124 Resort, dan 9 Distrik/ Daerah. Dilayani oleh 158 orang Pendeta, 82 Orang Guru Jemaat penuh waktu dan 636 orang Guru Jemaat paruh waktu, 8 orang bibelvrow, 4 Orang Diakones. IV. PENUTUP Melihat kesetiaan Tuhan menuntun HChB yang memperluas nama nya menjadi HKI selama 83 Tahun ini, maka kita patut beryukur kepada Tuhan serta mengevaluasi secara jujur dihadapan Tuhan sudah sejauh mana kemaksimalan pelayanan kita selama ini di HKI. Untuk kemudian bersama membangun pelayanan di HKI ini. Ingatlah bahwa motivasi dan dasar mendirikan HChB atau HKI ini seperti yang tertulis di Yakobus 1 :22 yang menatakan : “Tetapi hendaklah kamu menajdi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demian, kamu menipu diri sendiri”. Disarikan Oleh Pucuk Pimpinan HKI[]

Makalah Agama

                                          Makalah Pendidikan Agama
                                                KITAB DANIEL

                                                             D
                                                             I
                                                             S
                                                             U
                                                             N                                               


                                                     OLEH:

                                    Nama :Sumitro simatupang            
                                    Npm  :1002298


             "Semuanya itu ku katakan kepadamu,supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku.
    Dalam dunbia kamu menderita penganiayaan,tetapi kuatkanlah hatimu,Aku
     telah mengalahkan dunia."    (Yohanes16:33)
               

Rabu, 04 Mei 2011

Apa itu Etika KristenApa itu etika Kristen? ________________________________________ Pertanyaan: Apa itu etika Kristen? Jawaban: “Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan. Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka)” (Kolose 3:1-6). Walaupun Alkitab bukan sekedar daftar “perintah” dan “larangan”, namun Alkitab memberi kita instruksi terinci mengenai seharusnya kita hidup sebagai orang Kristen. Alkitab adalah satu-satunya kitab yang kita perlukan untuk mengetahui bagaimana menghidupi kehidupan Kristen. Namun demikian Alkitab tidak secara eksplisit menguraikan segala situasi yang kita akan hadapi dalam kehidupan kita. Kalau begitu bagaimana Alkitab cukup? Di situlah giliran Etika Kristen. Sains mendefinisikan etika sebagai, “serangkaian prinsip moral, kajian mengenai moralitas.” Karena itu Etika Kristen adalah prinsip-prinsip yang disarikan dari iman Kristen yang menjadi dasar tindakan kita. Walaupun Firman Tuhan mungkin tidak menyinggung dan membicarakan seluruh situasi yang mungkin kita hadapi dalam kehidupan kita, prinsip-prinsipnya memberi kita standar yang harus kita ikuti dalam situasi-situasi di mana tidak ada instruksi yang eksplisit. Misalnya, Alkitab tidak berbicara secara eksplisit mengenai penggunaan obat-obat terlarang, namun berdasarkan prinsip-prinsip yang kita pelajari melalui Alkitab kita tahu bahwa itu salah. Salah satunya adalah Alkitab mengatakan bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus dan kita harus memuliakan Allah dengannya (1 Korintus 6:19-20). Mengenali apa yang diakibatkan oleh obat-obat terlarang pada tubuh kita – kerusakan yang diakibatkan pada berbagai organ tubuh – kita tahu bahwa menggunakan obat-obat terlarang adalah merusak bait Roh Kudus. Dan jelas hal itu tidak memuliakan Allah. Alkitab juga memberi tahu kita bahwa kita harus mengikuti pemerintah yang Allah telah tempatkan (Roma 13:1). Mengingat natur obat-obat terlarang yang ilegal, penggunaannya berarti kita tidak menaati pemerintah namun melawan mereka. Apakah ini berarti kalau obat-obat terlarang itu dilegalisasi lalu berarti boleh? Tetap tidak karena melanggar prinsip pertama. Dengan menggunakan prinsip-prinisp yang kita temukan dalam Kitab Suci orang-orang Kristen dapat menentukan jalan yang harus ditempuh dalam situasi apapun. Dalam kasus-kasus tertentu ini merupakan hal yang sederhana, seperti peraturan hidup yang terdapat dalam Kolose 3. Dalam kasus-kasus lain kita perlu menggali lebih dalam. Cara yang terbaik untuk melakukan hal ini adalah dengan mendoakan Firman Tuhan. Roh Kudus mendiami setiap orang percaya dan bagian dari peranan-Nya adalah mengajar bagaimana seharusnya kita hidup: “Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yohanes 14:26). “Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu—dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta—dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia” (1 Yohanes 2:27). Jadi ketika kita mendoakan Kitab Suci, Roh Kudus akan menuntun kita dan mengajar kita. Dia akan menunjukkan kita prinsip yang kita perlu pegang dalam situasi tertentu. Walaupun Firman Allah tidak membicarakan segala situasi yang kita hadapi dalam hidup kita, Firman Allah cukup untuk kita menghidupi kehidupan Kristen. Untuk kebanyakan hal kita tinggal melihat apa yang dikatakan Alkitab dan mengikuti arah yang diberikan. Dalam kasus-kasus di mana Alkitab tidak memberi petunjuk yang eksplisit untuk situasi tertentu, kita perlu melihat prinsip yang melatarbelakanginya. Sekali lagi dalam kasus-kasus tertentu itu merupakan hal yang mudah. Kebanyakan dari prinsip yang orang-orang Kristen ikuti adalah cukup untuk hampir semua situasi. Dalam kasus yang langka di mana tidak ada petunjuk Kitab Suci yang eksplisit maupun prinsip yang jelas, kita perlu bersandar kepada Allah. Kita mesti mendoakan Firman-Nya, dan membuka diri kita kepada Roh-Nya. Roh Kudus akan mengajar kita dan menuntun kita dalam Alkitab untuk mendapatkan prinsip yang kita perlu pegang sehingga kita dapat berjalan dan hidup sebagaimana layaknya orang Kristen. Sharing Buku : Etika Kristen Pilihan dan Isu Norman L. Geisler Di dalam kehidupan kita banyak menjumpai persoalan-persoalan etika. Kalau persoalan itu jelas benar atau salah, kita dengan mudah dapat membuat keputusan. Tetapi kalau keputusan menyangkut banyak hal yang rumit dan semua pilihan mempunyai resiko etis, maka kita pasti kebingungan bagaimana mengambil keputusan. Contoh klasik adalah: bagaimana dengan berbohong untuk kebaikan; Berbohong untuk menyelamatkan nyawa banyak orang; Aborsi untuk menyelamatkan nyawa ibu; Membunuh pada saat perang? Dengan membaca buku ini kita akan banyak dibantu mengambil keputusan-keputusan etis yang sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab. Bab 1 Pilihan-pilihan yang Ada Bab 1 membahas tentang pilihan-pilihan yang ada. Di bab ini dijelaskan tentang banyak definisi umum mengenai etika: 1. Keadilan adalah demi kepentingan kelompok yang lebih kuat. 2. Moral adalah adat istiadat, apa yang secara moral benar adalah apa yang dikatakan masyarakat sebagai yang benar. 3. Manusia adalah tolak ukur segala sesuatu. 4. Umat manusia merupakan dasar kebenaran. 5. Kebenaran adalah keseimbangan. 6. Kebenaran adalah apa yang membawa kenikmatan. 7. Kebenaran adalah kebaikan yang terbesar bagi orang banyak. 8. Kebenaran adalah apa yang dikehendaki untuk kebaikannya sendiri. 9. Kebenaran tidak dapat ditentukan. 10. Kebaikan adalah apa yang dikehendaki Allah. Pandangan Kristen mengenai etika: 1. Etika Kristen berdasarkan kehendak Allah. 2. Etika Kristen bersifat mutlak. 3. Etika Kristen berdasarkan wahyu Allah. 4. Etika Kristen bersifat menentukan. 5. Etika Kristen itu Deontologis. Pada umumnya, sistem-sistem etika masuk ke dalam 2 kategori: non-absolutisme dan absolutisme. Dalam kategori non-absolutisme, ada antinomianisme (bab 2), situasionisme (bab 3), dan generalisme (bab 4). Untuk kategori absolutisme, ada absolutisme total (bab 5), absolutisme konflik/bertentangan (bab 6), dan absolutisme bertingkat (bab 7). Bab 2 Antiniomianisme Antinomianisme berarti tidak ada hukum moral yang mengikat, segala sesuatu itu bersifat relatif. Di sini dijelaskan antonimianisme dalam dunia kuno, abad pertengahan, dunia modern dan sekarang. Bab ini menjelaskan keyakinan, kontribusi positif dan kritik terhadap antinomianisme. Bab 3 Situasionisme Situasionisme mengklaim berpihak pada satu norma yang tidak bisa dipatahkan. Norma itu adalah hukum kasih. Posisinya bukan relativisme tanpa hukum yang berkata tidak ada hukum apapun, demikian pula bukan absolutisme total yang mempunyai hukum untuk segala sesuatu. Bab ini menjelaskan mengenai situasionisme, berikut kekurangan dan manfaatnya. Bab 4 Generalisme Penganut generalisme percaya pada nilai dari hukum-hukum etis untuk membantu individu-individu menentukan tindakan yang mana yang mungkin membawa kebaikan terbesar untuk jumlah terbanyak dari manusia. Mereka bukanlah orang-orang absolutis, karena mereka biasanya menolak bahwa secara universal ada norma-norma etis yang mengikat, yang mewakili nilai-nilai intrinsik. Penganut generalisme banyak dari kaum utilitarian. Bab ini menjelaskan mengenai utilitarian kuantitatif, utilitarian kualitatif, peraturan-peraturan umum dan ketaatan universal, menyatakan tidak ada peraturan-peraturan umum yang harus dilanggar. Disajikan pula evaluasi terhadap generalisme. Bab 5 Absolutisme Total Alasan dasar dari absolutisme total adalah bahwa seluruh konflik moral itu hanya kelihatannya saja konflik, tetapi sebenarnya tidak konflik. Dosa selalu dapat dihindarkan. Ada hukum-hukum moral yang mutlak, tidak ada pengecualian-pengecualian. Bab ini menjelaskan absolutisme total Santo Augustine, absolutisme total Kant, absolutisme total John Murray, providensia Allah. Kemudian dijelaskan akan aspek-aspek positif maupun negatif dari absolutisme total. Bab 6 Absolutisme Konflik Asumsi pokok dari sikap etis absolutisme konflik adalah bahwa kita hidup di dalam dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa, dan dalam dunia seperti itu konflik-konflik moral yang nyata memang terjadi. Tetapi dasar pikiran yang menyertai adalah bahwa ketika dua kewajiban bertentangan (menjadi konflik), secara moral manusia bertanggung jawab terhadap keduanya. Dalam kasus-kasus seperti itu, seseorang harus benar-benar melakukan yang kurang jahat, mengakui dosanya, dan memohon pengampunan Allah. Bab ini menjelaskan latar belakang sejarah, prinsip dasar, kontribusi positif, dan kritik dari absolutisme konflik. Bab 7 Absolutisme Bertingkat Absolutisme bertingkat melihat ada suatu hirarki dari kebaikan, bahwa kewajiban-kewajiban moral kadang bertentangan, dan bahwa kita tidak bersalah karena menaati kewajiban yang lebih tinggi. Bab ini menjelaskan unsur-unsur dasar, uraian, keberatan, dan nilai dari absolutisme bertingkat. Bab 8 Aborsi Sekarang kita beralih dari pilihan-pilihan etis kepada masalah-masalah etis. Dari semua masalah moral, masalah yang paling mendesak adalah masalah-masalah yang melibatkan kehidupan dan kematian. Dan dari masalah tentang kehidupan dan kematian tersebut, satu yang berhubungan dengan kehidupan adalah masalah aborsi. Kita akan menyelidiki kapan, sekiranya mungkin, kita dibenarkan mengakhiri satu kehidupan yang ada dalam kandungan. Ada 3 sikap dasar mengenai aborsi yang berpusat pada status janin: a. Mereka yang percaya bahwa janin hanyalah bagian tubuh manusia, lebih cenderung memperbolehkan aborsi sesuai permintaan. b. Mereka yang berpendapat bahwa janin itu benar-benar manusia, menentang aborsi. c. Mereka yang berpendapat bahwa janin itu berpotensi menjadi manusia, cenderung mendukung aborsi dalam situasi tertentu saja. Bab ini menjelaskan argumentasi Alkitab dan evaluasi mengenai 3 sikap dasar di atas. Bab 9 Euthanasia Apa yang harus kita lakukan terhadap seseorang yang tidak memiliki harapan, dimana ia terjebak di dalam sebuah pesawat terbang yang terbakar, yang memohon agar dia ditembak? Atau ada orang mempunyai penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan dia dipertahankan untuk tetap hidup hanya dengan mesin. Jika sambungan pipanya dicabut dia hanya seperti tumbuh-tumbuhan. Situasi seperti ini dan banyak situasi yang serupa memfokuskan masalah etis yang tidak dapat dipisahkan dengan euthanasia. Kapan, apabila memang akan dilakukan, "membunuh berdasarkan belas kasihan" dibenarkan secara moral? Bab ini menjelaskan euthanasia aktif (mencabut kehidupan untuk menghindari penderitaan), berikut evaluasinya. Disusul kemudian dengan euthanasia pasif yang tidak wajar dan wajar, kemudian evaluasinya. Bab 10 Isu-isu Biomedis Teknologi telah menciptakan masalah-masalah etis yang baru. Inseminasi buatan, bayi tabung, ibu yang dipinjam kandungan dan tubuhnya, transplantasi organ, pengambilan organ, penyambungan gen dan kloning, semuanya merupakan realitas-realitas medis. Tidak ada lagi pertanyaan apakah hal-hal tersebut dapat dilakukan, hanya ada pertanyaan, yaitu: Apakah hal-hal itu harus dilakukan? Bab ini menjelaskan perspektif humanis sekuler dan evaluasinya, dilanjutkan dengan penjelasan perspektif Kristen mengenai etika-etika biomedis dan evaluasinya. Bab 11 Hukuman Mati Ada 3 pandangan dasar mengenai hukuman mati: a. Rekonstruksionisme, yang menuntut hukuman mati untuk semua kejahatan-kejahatan serius. b. Rehabilitasionisme, yang tidak akan mengijinkan hukuman mati untuk kejahatan apapun juga. c. Retribusionisme, yang menganjurkan kematian untuk beberapa kejahatan-kejahatan besar. Bab ini membahas argumentasi Alkitab dan evaluasi terhadap ketiga pandangan ini. Bab 12 Perang Bagaimana seharusnya sikap orang Kristen terhadap perang? Apakah dibenarkan mengambil nyawa orang lain atas perintah pemerintah? Apakah ada dasar alkitabiah bila ikut serta dalam peperangan? Secara mendasar, pandangan-pandangan yang berkaitan dengan mengambil nyawa orang dalam perang ada dalam 3 kategori: a. Aktivisme, yang berpendapat bahwa orang Kristen harus berpartisipasi dalam perang apapun juga yang dihadapi oleh pemerintahnya, karena pemerintahan dilantik oleh Allah. b. Pasifisme, yang berpendapat bahwa orang-orang Kristen tidak boleh berpartisipasi dalam perang sampai pada poin membunuh orang lain, karena Allah telah memerintahkan agar manusia tidak boleh mengambil nyawa orang lain. c. Selektivisme, yang memperdebatkan bahwa orang-orang Kristen harus berpartisipasi dalam beberapa perang tertentu (maksudnya benar-benar perang). Bab ini membahas argumentasi Alkitab dan evaluasi mengenai ketiga kategori di atas. Bab 13 Ketidaktaatan terhadap Pemerintah Apakah orang Kristen boleh, pada situasi tertentu, tidak mentaati pemerintah? Jika ya, kapan? Jika tidak, mengapa tidak? Apakah benar memberontak terhadap pemerintahan yang tidak adil atau membunuh seorang pemimpin yang kejam? Ada 3 posisi dasar mengenai ketidaktaatan terhadap pemerintah: a. Anarkis, berpendapat selalu benar untuk tidak taat terhadap pemerintah. b. Radikal patriotisme, tidak pernah benar untuk tidak taat terhadap pemerintah. c. Submisionisme alkitabiah, kadangkala benar untuk tidak taat terhadap pemerintah. Karena pandangan yang pertama (a) meniadakan pembenaran Kristen manapun juga, perhatian kita akan terfokus pada dua pandangan terakhir. Selain dukungan Alkitab dan evaluasi mengenai 2 pandangan terakhir, bab ini juga menjelaskan mengenai revolusi (pemberontakan terakhir melawan pemerintah), bagaimana menghadapi penindasan, dan satu evaluasi tentang pandangan yang menolak pemberontakan. Bab 14 Homoseksualitas Sementara sebagian besar orang Kristen sangat menentang praktek-praktek homoseksual, beberapa orang membela mereka dengan argumentasi-argumentasi alkitabiah maupun yang bukan alkitabiah. Kedua macam dukungan tersebut akan diselidiki dan dievaluasi di sini. Bab 15 Pernikahan dan Perceraian Pernikahan adalah unit masyarakat yang paling dasar dan berpengaruh di dunia. Adalah sulit untuk menaksir terlalu tinggi pentingnya pernikahan, tetapi setiap tahun di Amerika Serikat perceraian terjadi kira-kira separuh dari pernikahan yang ada. Mengingat hal ini, adalah perlu bagi kita untuk mempertimbangkan dasar alkitabiah bagi pernikahan dan perceraian. Bab ini membahas pandangan Alkitab mengenai pernikahan, beberapa pandangan Kristen mengenai perceraian, dan evaluasi dari pandangan-pandangan Kristen mengenai perceraian. Bab 16 Ekologi Setiap tahun hutan tropis seluas Skotlandia dihancurkan di planet yang bernama Bumi. Mengacu pada penebangan hutan, sebanyak satu juta spesies tumbuhan dan hewan dapat punah di akhir abad ini. Limbah-limbah kimia telah masuk ke dalam rantai makanan dan diketemukan di dalam lemak tubuh manusia. Mengingat situasi ekologi yang membahayakan ini, bagaimanakah tanggung jawab etis orang Kristen terhadap lingkungan fisik di mana kita hidup? Apakah implikasi-implikasi moral dari polusi yang menghancurkan flora dan fauna? Adakah kebutuhan etis untuk menjaga air dan udara supaya tetap murni? Di antara 2 ekstrim, yaitu paham materialis yang menghabiskan alam dan paham panteis yang memuja-muja alam, orang Kristen mempercayai penghargaan dan penggunaan sumber alam yang tepat. Bab ini membahas pandangan materialistik mengenai lingkungan, pandangan panteistik mengenai lingkungan, dan pandangan Kristen mengenai lingkungan. Judul asli: Christian Ethics: Options and Issues Judul terjemahan: Etika Kristen: Pilihan dan Isu Tebal buku: 409 halaman Harga: Sekitar Rp50.000,- Penerbit (Bahasa Indonesia): Departemen Literatur SAAT Jalan Arief Margono 18 Malang 65117 Telp. (0341) 325056, 366025 ________________________________________ Norman L. Geisler adalah seorang profesor dalam bidang apologetika di Dallas Theological Seminary dan sekarang menjabat sebagai dekan dari The Liberty Center for Christian Scholarship di Liberty University. Beliau telah menulis lebih dari 25 buku, termasuk Introduction to Philosphy, Philosophy of Religion, Christian Aplogetics dan Miracles dan Modern Thought. Beliau juga memperoleh gelar Ph.D dari Loyola University. Buku Tamu Beritahu Teman PENGAJARAN ROHANI UMUM KESAKSIAN MUSIK LAGU SHARING BUKU Sharing Buku : Visioneering Sharing Buku : Bukan Yesus Yang Saya Kenal Sharing Buku : Kitab Suci Yang Dibaca Yesus Sharing Buku : Ready To Grow - Langkah-langkah Praktis Untuk Makin Mengenal Allah Sharing Buku : Dirancang Bagi Kemuliaan Sharing Buku : Etika Kristen Sharing Buku : Pembuktian Atas Kebenaran Kristus Sharing Buku : Mengenal Allah, Sebuah Perjalanan Menelusuri Alkitab Resensi Buku: Visi Yang Membaharui PI SEKOLAH MINGGU PERSEKUTUAN NEWSLETTER Dapatkan berita terbaru dari kami. Masukkan alamat email anda: SEARCH

Empat kelompok orang KristenEmpat Kelompok Orang Kristen Kata Kristen memiliki pengertian pengikut Kristus artinya orang yang mengikut Kristus. Kalau kita perhatikan dalam Alkitab, sewaktu pelayanan Tuhan Yesus banyak orang menjadi percaya dan mengikuti Tuhan Yesus. Kemana saja Tuhan Yesus melayani maka berbondong-bondong orang datang dan menyaksikan muzizat yang terjadi sampai-sampai Tuhan Yesus harus menyingkir ketempat yang sepi untuk menghindari kerumunan orang. Namun dari sekian banyak orang yang mengikut Yesus, tidak semua memiliki karakter yang sama. Disini saya kategorikan karakter mereka atas empat kelompok. 1. Kelompok 5000 (Yohannes 6:1-66). Pada suatu waktu Yesus melakukan pelayanan di Danau Tiberias. Banyak orang yang mengikuti pelayanan Yesus. Mereka begitu antusiasnya mendengar kotbah Tuhan Yesus. Ketika menjelang malam mereka semua kehabisan bahan makanan dan mereka mulai kelaparan. Daerah itu adalah daerah yang sunyi dimana tidak ada orang berjualan. Tuhan Yesus berbelas kasihan, dia tidak membiarkan mereka kelaparan. Malam itu Tuhan Yesus mengadakan muzizat, melalui 5 roti jelai dan 2 ikan Tuhan Yesus memberi makan mereka, bahkan ada sisa 12 bakul untuk bekal mereka dalam perjalanan pulang. Ketika mereka melihat muzizat itu, mereka begitu terkagum dan memaksa Yesus untuk dijadikan Raja sehingga Yesus menyingkir ke gunung (Yohannes 6:15). Malam itu Yesus memerintahkan murid-muridnya untuk berangkat terlebih dahulu ke seberang yaitu ke Kapernaum. Ia sendir menyusul kemudian dengan berjalan diatas air. Ketika orang banyak itu tidak menemukan Yesus dan ketika mereka mendengar bahwa Yesus ada diseberang merekapun pergi menyusul kesana dan bertanya dengan sedikit kesal “Rabi, bilamanakah Engkau tiba disini?”(Yohannes 6:24). Yesus menjawab : "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." (Yohannes 6:26-27). Zaman sekarang kelompok inipun masih ada. Ada orang yang mau mengikut Tuhan Yesus, mau beribadah kepada Tuhan Yesus bukan karena menghormati Tuhan tetapi karena ingin Tuhan memberkati mereka secara jasmani. Ingin agar usaha mereka diberkati, ingin agar kehidupan mereka diberkati, ingin agar anak-anak mereka diberkati. Tapi ketika mereka tidak mendapatkannya dan hidup dalam kesusahan, mereka berkata “Tuhan, kenapa hal ini terjadi? Bukankah aku sudah menyembah Engkau? Sudah rajin beribadah kepadaMu?, kenapa usahaku Engkau ijinkan bangkrut? Kenapa aku Engkau ijinkan ditipu orang?”. Bahkan ada yang berani mengancam dan berkata begini “Tuhan jika Engkau tidak memberkati aku, maka percuma saja aku menyembahMu, aku tidak akan menyembahMu lagi!”. Kelompok ini adalah gambaran dari orang Kristen yang mengikut Yesus hanya karena masalah kebutuhan jasamani belaka. Kelompok ini juga adalah gambaran dari orang Kristen yang senantiasa hanya menerima kotbah-kotbah tentang berkat saja, ketika kotbah-kotbah keras disampaikan mereka tidak bisa menerima, mereka bersungut-sungut dan akhirnya mudur dari Tuhan (Yohannes 6:66). Mereka hanya berfokus kepada dirinya sendiri padahal sebagai umat Tuhan seharusnyalah fokus kita terutama kepada Tuhan, bukan kepada diri sendiri. 2. Kelompok 70 Murid. Dalam Matius 10:1 Tuhan Yesus mengutus tujuh puluh muridnya berdua-dua ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjunginya. Mereka banyak membuat muzizat dan mengusir setan demi nama Tuhan Yesus. Setelah murid-murid itu pulang, dengan sukacita mereka melapor kepada Tuhan "Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu". Matius (10:17). Namun Tuhan menegor mereka dan berkata “Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu. Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga."(Matius 10:19-20). Kisah ini adalah gambaran dari orang Kristen yang bangga akan muzizat-muzizat dan karunia-karunia, mereka hanya mengejar muzizat dan karunia. Ada hal yang mereka lupa bahwa nama Yesus bukan hanya sekedar mampu membuat muzizat dan memberikan karunia-karunia, tapi lebih daripada itu, nama Yesus sanggup menyelamatkan kita dan bagi yang percaya kepadanya namanya akan terdaftar di kerajaan sorga. Saya tidak mengatakan kita tidak perlu muzizat dan karunia-karunia Roh Kudus, karena orang yang menolak muzizat dan menolak karunia Roh Kudus sama artinya tidak memerlukan Yesus dalam hidupnya. Yang saya maksud disini adalah kita mengikut Yesus janganlah hanya terfokus kepada Muzizat. Ciri-ciri kelompok ini adalah orang yang selalu berpindah-pindah penggembalaan. Dimana ada muzizat disitulah dia beribadah. Ketika gereja itu sudah tidak terjadi muzizat, maka dia akan mencari gereja lainnya dimana muzizat sedang terjadi. 3. Kelompok 12 Murid. Dua belas murid adalah murid inti dari Tuhan Yesus. Kemanapun Yesus pergi, murid-murid ini tetap mengikuti dengan setia. Bahkan ketika murid-murid lainnya mundur dari Yesus karena kotbahnya yang keras, dua belas murid ini tetap bertahan. Yohannes 6:67-69 Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?" Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah." Dua belas murid ini Tuhan persiapkan untuk menjadi rasul/pelayanNya walaupun akhirnya salah seorang berkhianat dan menjualnya untuk dibunuh. Dua belas murid ini mendapat perlakuan khusus dari Tuhan. Kepada pengikut yang lain Tuhan Yesus selalu menyampaikan kotbahNya melalui perumpamaan, tetapi kepada 12 murid ini Dia menyampaikan secara terperinci. Markus 4:34 dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri. Kenapa demikian? itu karena 12 murid ini memiliki hati yang siap di ajar dan memiliki hati yang haus akan pengajaran firman Tuhan. Dalam Alkitab saya mencatat 3 kali kelompok ini meminta kepada Tuhan Yesus agar perumpamaan yang disampaikan dijelaskan. Mereka begitu haus akan pengertian firman Tuhan. Matius 15:15 Lalu Petrus berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah perumpamaan itu kepada kami." Markus 7:17 Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang arti perumpamaan itu. Lukas 8:9 Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, apa maksud perumpamaan itu. Jadi yang dimaksud dengan kelompok ini adalah orang Kristen yang senantiasa setia kepada Tuhan Yesus baik suka maupun duka, senang maupun susah dan memiliki kerinduan hati untuk mendapat pengajaran Firman Tuhan. 4. Kelompok 3 Murid. Ini adalah kelompok yang paling mendapat perlakuan khusus dari Tuhan Yesus. Mereka adalah Petrus, Yakobus dan Yohannes. Selain mereka termasuk dalam kelompok 12 murid yang setia dan merindukan pengajaran Firman, dalam suatu keadaan khusus Tuhan selalu membawa tiga orang ini. Pertama, ketika Yesus bertemu dengan Musa dan Elia di atas sebuah gunung yang tinggi, Yesus membawa ketiga murid ini. Kisah ini tercatat dalam Matius 17:1-8. Kedua, Yesus hanya membawa ketiga murid ini dan tidak mengijinkan yang lain ikut ketika Yesus membangkitkan anak seorang kepala rumah ibadat (Markus 5:37). Ketiga, ketika Yesus merasa sangat sedih dan gentar karena akan menghadapi kematian, Dia hanya membawa Petrus, Yakobus, dan Yohannes untuk menemaniNya di dalam taman getsemani ketika Ia berdoa, sementara yang lainnya disuruh menunggu diluar. Mengapa Yesus punya perhatian khusus terhadap ketiga murid ini? Itu karena ketiga murid ini memiliki visi yang sama dengan Tuhan Yesus. Selain itu ketiga murid ini memiliki karakter yang lebih menonjol dari murid lainnya. Apakah itu? 1. Petrus. Karakter menonjol dari Petrus adalah karakter yang penuh dengan pengharapan. Ini dapat kita lihat pada surat-surat yang ditulis Petrus didalam I Petrus dan II Petrus. 2. Yakobus. Karakter menonjol dari Yakobus adalah Iman. Ini dapat kita lihat dari suratan Yakobus. 3. Yohannes. Karakter menonjol Yohannes adalah Kasih. Ini dapat kita lihat dari surat-surat Yohannes. Yesus senantiasa membawa ketiga murid ini dalam pelayanan khususnya karena IA membutuhkan atmosfir iman, pengharapan dan kasih dalam setiap pelayanannya. Muzizat terjadi tidak cukup dengan iman saja, tapi mesti ada pengharapan dan kasih. Saudara yang sedang sakit pada saat ini, apakah saudara membutuhkan muzizat? Jika ya, maka anda tidak cukup memiliki iman, anda juga harus punya pengharapan dan kasih. Suatu saat langit dan Bumi akan lenyap, yang tinggal adalah Iman, Pengharapan dan Kasih. Intinya, kelompok 3 murid ini adalah gambaran dari orang Kristen yang taat dan setia, haus akan pengajaran firman serta memiliki karakter iman, pengharapan dan kasih. Pertanyaan, masuk kategori manakah kita?

CKitab Daniel Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Perubahan tertunda ditampilkan di halaman iniBelum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Gambar Daniel di Kapel Sistine. Karya Michaelangelo. Alkitab Ibrani Tanach.jpg [tampilkan]Tanakh [tampilkan]Taurat • Kejadian • Keluaran • Imamat • Bilangan • Ulangan [tampilkan]Nevi'im [tampilkan]Nabi Pertama • Yosua • Hakim-hakim • 1 Samuel • 2 Samuel • 1 Raja-Raja • 2 Raja-Raja [tampilkan]Nabi berikutnya • Yesaya • Yeremia • Yehezkiel [tampilkan]Nabi-nabi Kecil • Hosea • Yoel • Amos • Obaja • Yunus • Mikha • Nahum • Habakuk • Zefanya • Hagai • Zakharia • Maleakhi [tampilkan]Ketuvim [tampilkan]Buku Puisi • Mazmur • Amsal • Ayub [tampilkan]Lima Gulungan • Kidung Agung • Rut • Ratapan • Pengkhotbah • Ester [tampilkan]Buku Sejarah • Daniel • Ezra • Nehemiah • 1 Tawarikh • 2 Tawarikh Portal Yahudi [tampilkan]Perjanjian Lama [tampilkan]Pentateukh • Kejadian • Keluaran • Imamat • Bilangan • Ulangan [tampilkan]Kitab Sejarah • Yosua • Hakim-hakim • Ruth • 1 Samuel • 2 Samuel • 1 Raja-Raja • 2 Raja-Raja • 1 Tawarikh • 2 Tawarikh • Daniel • Ezra • Nehemia • Ester [tampilkan]Kebijaksanaan & Puisi • Ayub • Mazmur • Amsal • Pengkhotbah • Kidung Agung [tampilkan]Kitab Nabi [tampilkan]Nabi Besar • Yesaya • Yeremia • Ratapan • Yehezkiel • Daniel [tampilkan]Nabi-nabi Kecil • Hosea • Yoel • Amos • Obaja • Yunus • Mikha • Nahum • Habakuk • Zefanya • Hagai • Zakharia • Maleakhi Portal Kristen l • b • s Kitab Daniel, yang ditulis dalam bahasa Ibrani dan bahasa Aram, adalah sebuah kitab yang terdapat dalam Kitab Suci Ibrani (Tanakh) dan Perjanjian Lama orang Kristen. Kisah dalam kitab ini terjadi pada masa pembuangan di Babel, sebuah masa ketika bangsa Yahudi dibuang dan diasingkan ke Babel. Kisah ini berlangsung sekitar seorang tokoh yang bernama Daniel, seorang pemuda yang dibawa dari Yerusalem ke Babel oleh Nebukadnezar untuk dilatih melayani dalam istana raja.[1] Buku ini mempunyai dua bagian yang berbeda: serangkaian cerita dan empat penglihatan apokaliptik. Tiga narasinya melibatkan Daniel, yang mempunyai karunia bernubuat, menafsirkan mimpi dan tanda-tanda ilahi. Dua narasi lainnya menampilkan bangsa Israel yang telah dijatuhi hukuman karena kesalahan mereka dan yang secara ajaib terlepas dari hukuman mati. Pada bagian kedua buku ini, si penulis mengungkapkan dan sebagian menafsirkan serangkaian penglihatan yang digambarkan dalam orang pertama. Kitab Daniel ini menarik sebab beberapa bagian kitab ini yaitu dari pasal 2:4a sampai 7 ditulis dalam bahasa bahasa Aram sedangkan lainnya dalam bahasa bahasa Ibrani. Hal ini menyebabkan para pakar menyimpulkan bahwa keseluruhan kitab ini tidak ditulis oleh penulis yang sama. Buku ini kemungkinan besar ditulis sekitar tahun 165 SM. Daftar isi [sembunyikan] * 1 Tahap-Tahap Terjadinya Kitab Daniel * 2 Narasi dalam Daniel * 3 Penglihatan-penglihatan apokaliptik dalam Daniel * 4 Keakuratan sejarah o 4.1 "Darius orang Media" o 4.2 Belsyazar o 4.3 Gilanya Nebukadnezar o 4.4 Waktu pengepungan pertama Yerusalem oleh Nebukadnezar * 5 Waktu penulisan o 5.1 Isi + 5.1.1 Antiokhus IV Epifanes + 5.1.2 Empat Kerajaan o 5.2 Bahasa + 5.2.1 Kata-kata pinjaman + 5.2.2 Penggunaan kata ‘Kasdim' * 6 Kesatuan Daniel * 7 Penggunaan “Daniel” oleh orang Kristen * 8 Pengaruh Daniel * 9 Situs tradisional yang dianggap sebagai lokasi kubur Daniel * 10 Lihat pula * 11 Pranala luar * 12 Rujukan-rujukan * 13 Referensi [sunting] Tahap-Tahap Terjadinya Kitab Daniel Para peneliti di Eropa akhir-akhir ini berpendapat, bahwa kitab Daniel pada awalnya bukanlah merupakan kitab yang utuh seperti halnya yang kita jumpai sekarang ini. Penulisan kitab ini melalui tahapan yang sangat panjang dan berlapis-lapis. Hal ini dapat dilihat dari problem-problem sastra yang terdapat dalam kitab ini. A. Cerita-Cerita tentang Daniel dan Teman-temannya di Babel (Daniel 1-6): Para peneliti di Eropa dan AS sudah hampir tiba pada kesepakatan, bahwa cerita-cerita (yang sangat fragmentaris) ini merupakan bagian tertua kitab Daniel. Bagian ini berisi tentang legenda-legenda tentang Daniel dan teman-temannya di pembuangan Babel. Kemungkinan cerita-cerita ini berkembang dan beredar secara lisan di dalam keluarga-keluarga (bahasa Ibrani: bet-av) Yahudi di pembuangan Babel pada zaman Persia (sekitar abad ke-4 sM). Hal ini dapat dibuktikan dengan kata-kata Persia yang dapat dijumpai dalam Daniel 1-6, misalnya "pat-bag" yang berarti "makanan raja". Keenam legenda ini semula ditulis dalam bahasa Aram (termasuk juga Daniel 1). Daniel di gua singa karya Peter Paul Rubens. B. Kitab Daniel Aramaik (Daniel 1-7): Pada zaman para diadok Yunani (sekitar abad ke-3 SM) terjadi penambahan ke dalam cerita-cerita ini dengan penglihatan Daniel 7. Pengeditan ini menghasilkan "kitab Daniel Aramik" (dalam bahasa Aram) yang mempunyai struktur chiastis: 0 Dan 1 Pendahuluan 1 Dan 2 Empat metal dalam mimpi Nebukadnezar 2 Dan 3 Motiv Martir dalam cerita tentang "Tiga orang saleh di Perapian" 3 Dan 4 Kesombongan Nebukadnezar dan hukumannya 3' Dan 5 Kesombongan Belsyazar dan hukumannya 2' Dan 6 Motiv Martir dalam cerita "Daniel di Gua Singa" 1' Dan 7 Empat binatang dalam penglihatan Daniel Struktur chiastis yang sangat paralel ini membuktikan, bahwa bagian ini merupakan bagian yang utuh. C. Kitab Daniel (bentuk akhir): Pada masa sulit, ketika Antiokhus Epifanes IV menguasai Siro-Fenisia, ketika terjadi pelecehan agama dan penganiayaan orang-orang Yahudi yang taat, terjadi lagi pengembangan kitab Daniel Aramik (Daniel 1-7) dengan penambahan 3 penglihatan Daniel 8-12. Penyuntingan ini ditulis antara tahun 167 SM sampai 165 SM. Pada tahap ini Daniel 1 yang semula ditulis dalam bahasa Aram diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani, sehingga terlihat, bahwa Dan 1; Dan 8-12 merupakan bingkai Ibrani dan kitab ini adalah kitab berbahasa Ibrani (motiv ini dapat dijumpai juga dalam kitab Ezra), dan hal ini merupakan bentuk "penyelamatan" kitab ini, karena bahasa Ibrani merupakan "bahasa suci" orang Yahudi. Masalah kapan Daniel ditulis dan siapa pengarangnya telah banyak diperdebatkan. Pandangan tradisional berpendapat bahwa kitab ini ditulis oleh seorang nabi yang bernama Daniel yang hidup pada abad ke-6 SM. Sebaliknya, pandangan-pandangan ilmiah modern umumnya menganggap kitab ini ditulis jauh di kemudian hari, pada pertengahan abad ke-2 SM. Menurut pandangan ini, si pengarang membuat seolah-olah buku itu ditulis sekitar 400 tahun sebelumnya untuk membangun kredibilitas dengan mencantumkan “ramalan-ramalan” yang tepat tentang sejumlah peristiwa historis yang terjadi dari abad ke-5 hingga abad ke-2 SM. Sebuah pandangan ketiga berpendapat bahwa meskipun bagian-bagian tertentu Kitab ini ditulis pada abad ke-2 SM, yang lainnya mungkin ditulis oleh para penulis lain pada waktu yang lebih awal. [sunting] Narasi dalam Daniel Daniel di gua singa. Karya Briton Rivière. Bagian yang pertama, keenam pasal pertamanya, terdiri atas serangkaian kisah istana yang tidak terangkai erat, menjalin narasi-narasi yang besifat mengajar, atau kisah-kisah mujizat. Cerita yang pertama ditulis dalam bahasa Ibrani, lalu bahasa Aram digunakan mulai dari ps. 2:4, dimulai dengan pembicaraan tentang “para Kasdim” hingga pasal 7. Kemudian bahasa Ibrani digunakan lagi mulai dari ps. 8 hingga ps. 12. Tiga bagian hanya dilestarikan dalam Septuaginta, dan dianggap apokrif oleh orang-orang Kristen Protestan dan Yahudi, dan deuterokanonik oleh orang-orang Kristen Katolik dan Ortodoks. 1. Daniel menolak makan daging di istana 2. Nebukadnezar bermimpi tentang patung yang dibuat dari empat jenis logam dengan kakinya yang dibuat dari campuran besi dan tanah liat, yang ditafsirkan Daniel sebagai empat kerajaan berturut-turut (bandingkan Kerajaan Kelima) 3. Kisah tentang tungku membara, tempat Ananias (Hananya/Sadrakh), Azarya (Abednego), dan Misael (Mesakh) dibuang karena menolak untuk menyembah kepada patung emas; Allah menyelamatkan mereka dari api tersebut 4. Nebukadnezar menceritakan mimpinya tentang sebuah pohon yang tinggi, lalu menjadi gila dan kemudian waras kembali 5. Pesta Belsyazar; di sini Daniel menafsirkan tulisan mene mene tekel upharsin 6. Daniel di kandang singa 7. Susana dan para tua-tua (apokrif bagi Protestan) 8. Bel dan Naga (apokrif bagi Protestan) Edisi Protestan dan Yahudi menghilangkan bagian-bagian yang tidak ada dalam teks Masoret: selain kedua pasal yang mengandung kisah-kisah tentang Daniel dan Susana dan tentang Bel dan Naga, sebuah kisah yang panjang disisipkan ke tengah-tengah Daniel 3. Tambahan ini memuat Doa Azarya sementara ketiga pemuda itu berada di dalam tungku api, sebuah kisah pendek tentang malaikat yang menemui mereka di dalam tungku, dan nyanyian pujian yang mereka nyanyikan ketika mereka sadar bahwa mereka telah diselamatkan Doa Azarya dan Nyanyian Ketiga Pemuda yang Kudus dipertahankan dalam Septuaginta dan dalam kanon Ortodoks Timur, Ortodoks Oriental, dan Katolik; "Nyanyian Ketiga Pemuda yang Kudus " adalah bagian dari doa Matin (pagi hari) dalam Gereja Ortodoks, dan Laud (subuh) pada hari Minggu dan hari-hari pesta para santo dalam Gereja Katolik. Narasi ini ditempatkan pada masa Pembuangan di Babel, mula-mula di istana Nebukadnezar dan belakangan di istana penggantinya Belsyazar dan seseorang yang bernama 'Raja Darius' yang tidak jelas identitasnya (lih. 'Keakuratan sejarah' dan 'Waktu penulisan' di bawah). Daniel dipuji dalam Easton's Bible Dictionary, 1897, sebagai "sejarahwan di Pembuangan, satu-satunya penulis yang dapat memberikan laporan tentang rangkaian kejadian pada masa yang gelap dan berat pada saat harpa Israel tergantung di pohon-pohon yang bertumbuh di tepi Sungai Eufrat. Kisahnya boleh dikatakan pada umumnya menyelingi di antara [Kitab] Raja-raja dan Tawarikh di satu pihak dan Ezra di pihak lain, atau (lebih tepatnya) mengisi catatan singkat yang diberikan oleh penulis Tawarikh dalam satu ayat saja dalam pasalnya yang terakhir: "Mereka yang masih tinggal dan yang luput dari pedang diangkutnya ke Babel dan mereka menjadi budaknya dan budak anak-anaknya sampai kerajaan Persia berkuasa." Daniel muncul sebagai penafsir mimpi dan penglihatan dalam narasi-narasi ini, namun bukan sebagai seorang nabi. [sunting] Penglihatan-penglihatan apokaliptik dalam Daniel Bagian yang kedua, enam pasal sisanya, berisi tentang penglihatan-penglihatan, sebuah contoh awal dari sastra apokaliptik. Di sini si penulis, yang kini berbicara sebagai orang pertama, mengungkapkan sebuah penglihatan yang hanya diberikan kepadanya saja. Latar belakang historis dari pasal pertamanya tidak muncul, kecuali dalam bentuknya yang sangat singkat, yang terdiri dari tanggal-tanggal regnal dates. Bagian ini pun terdiri dari dari dua bahasa, sebagian (hingga 7:28) ditulis dalam bahasa Aram, sisanya (pasal 8-12) dalam bahasa Ibrani. Bagian apokaliptik dari Daniel terdiri dari tiga penglihatan dan sebuah komunikasi kenabian yang panjang, yang terutama berkaitan dengan masa depan Israel: 1. Penglihatan pada tahun pertama Belsyazar Raja Babel (7:1) mengenai empat binatang buas yang besar (7:3) mewakili empat raja (7:17) dan empat kerajaan (7:23) yang akan datang, dan yang keempat akan menelan seluruh bumi, menginjak-injak, dan menghancurkannya (7:23); kerajaan keempat ini menghasilkan sepuluh orang raja, dan kemudian, orang kesebelas yang khusus, muncul dari kerajaan keempat yang menaklukkan tiga dari sepuluh raja (7:24), berbicara melawan Yang Maha Tinggi dan orang-orang kudus dari Yang Maha Tinggi, dan bermaksud mengubah masa dan hokum (7:25); setelah suatu masa dan satu setengah masa (tiga setengah tahun), orang ini dihakimi dan wilayahnya pun diambil daripadanya (7:26). Lalu kerajaan itu dan wilayahnya dan kebesaran kerajaan-kerajaan di bawah seluruh langit itu diserahkan kepada orang-orang kudus dari Yang Maha Tinggi (7:27) 2. Penglihatan dalam tahun ketiga Belsyazar mengenai seekor domba jantan dan seekor kambing jantan (8:1-27); Daniel menafsirkan kambing itu sebagai "kerajaan Yawan" artinya, kerajaan Yunani (8:21) 3. Penglihatan pada tahun pertama dari Darius anak Ahasyweros (9:1) mengenai tujuh puluh minggu, atau tujuh puluh kali "tujuh", yang dibagi ke dalam sejarah bangsa Israel dan Yerusalem (9:24) 4. Sebuah penglihatan yang panjang dalam tahun ketiga dari Koresy raja dari Persia (10:1 - 12:13) Penglihatan-penglihatan kenabian dan eskatologis Daniel, dengan penglihatan-penglihatan Yehezkiel dan Yesaya, adalah ilham kitab suci bagi banyak ideologi dan simbolisme apokaliptik dari Naskah Laut Mati komunitas Qumran dan sastra awal kekristenan. "Hubungan Daniel yang jelas dengan pemberontakan Makabe di Palestina tidak disangsikan merupakan salah satu alasan mengapa para prabi, setelah pemberontakan melawan Roma, menurunkannya dari posisinya di antara 'Nabi-nabi'" (Eisenman 1997, hlm. 19f). Dalam Daniel terdapat rujukan-rujukan pertama kepada "kerajaan Allah", dan rujukan yang paling jelas terhadap kebangkitan orang mati di dalam Tanakh. [sunting] Keakuratan sejarah Sejumlah pernyataan di dalam Daniel dianggap bertentangan dengan apa yang dikenal sejarah. Inilah salah satu alasan mengapa para sejarahwan modern tentang Babel atau Persia Akhemenid tidak menganggap narasi Daniel sebagai bahan sumber. Alasan-alasan lain untuk sikap berhati-hati ini diberikan dalam artikel tentang Waktu penulisan di bawah. Empat keberatan diberikan di bawah ini mewakili, dalam urutan signifikansi, contoh-contoh penting tentang kesalahan yang umumnya ditemukan oleh para sejarahwan di dalam Kitab Daniel. [sunting] "Darius orang Media" Ada tiga pandangan utama tentang identitas Darius orang Media. Yang pertama, diajukan oleh H.H. Rowley dalam Darius the Mede and the Four World Kingdoms in the Book of Daniel, menyimpulkan bahwa Darius adalah sekadar nama lain untuk Koresy Agung, yang merebut Babel pada 15 Oktober 539 SM. Sebuah pandangan lain, yang diajukan oleh John Whitcomb (meskipun mulanya diajukan oleh Babelon pada 1883) dalam bukunya pada 1959, Darius the Mede mengatakan bahwa Darius hanyalah sekadar nama lain dari tokoh sejarah Gubaru (kadang-kadang dieja sebagai Ugbaru). Pandangan ini popular di kalangan orang-orang Kristen konservatif. Pandangan yang ketiga menganggap Darius sebagai nama lain dari Astyages, orang Media penguasa terakhir dari Kerajaan Persia yang akhirnya digulingkan oleh Koresy. Pandangan tentang Koresy: Di luar Gubaru dan Astyages, Koresy Agung adalah raja dari kerajaan itu. Koresy juga menikah dengan seorang Media, sementara ia sendiri pun mempunyai darah Media. Sebuah analisis tentang teks-teks varian, khususnya Septuaginta, mengungkapkan bahwa nama-nama "Darius" (DRYWS dalam bahasa Ibrani) dan "Koresy" (KRWS) dibalikkan dalam 11:1, dan kemungkinan telah keliru disalin di tempat lain. Sebutan "Media (Ibr. MMAI) mungkin telah digunakan sebagai istilah etnis untuk diberikan kepada orang-orang Persia pula, yang berasal dari ras yang sama. Pandangan tentang Gubaru/Ugbaru: Gubaru adalah tokoh sejarah yang dikenal sebagai orang yang sesungguhnya memimpin pasukan untuk merebut Babel (lihat Pierre Briant di bawah) menurut Nabonidus. Juga, sama sekali mungkin bahwa Koresy menghadiahi Gubaru dengan jabatan gubernur regional karena berhasil merebut ibu kota Kerajaan Babel dan praktis mengakhiri peperangan. Lebih lanjut, Alkitab mengklaim bahwa Darius memerintah pada masa pemerintahan Koresy dan "dijadikan raja" atas orang Kasdim. Pandangan tentang Astyages: Baris pembukaan dari "Bel dan Naga" merujuk kepada Astyages, yang memang merupakan raja terakhir orang Media sebelum Koresy, tetapi sebuah ayat yang hampir sama ditambahkan dalam teks Yunani setelah akhir pasal 6, yang berbunyi "Darius" di tempat yang mestinya "Astyages". Yang lebih jelas lagi, Astyages hanyalah salah satu dari tiga orang yang ketahui memang merupakan orang Media dan juga seorang raja. Sebuah kesulitan untuk memastikan pandangan yang tepat, demikian Rowley mengakui: "Rujukan-rujukan kepada Darius orang Media dalam Kitab Daniel telah lama diakui menimbulkan masalah-masalah historis yang paling serius." Rowley merujuk kepada orang yang digambarkan oleh Daniel sebagai yang menguasai Babel setelah Belsyazar digulingkan. Daniel menggambarkan tokoh ini sebagai Darius orang Media, yang berkuasa atas Babel dalam pasal 6 dan 9. Daniel melaporkan bahwa Darius 'sekitar 62 tahun umurnya' ketika ia 'diangkat menjadi raja atas Babel' Para sejarahwan sekular telah mengkritik laporan ini karena tiga alasan. Pertama, tidak ada sejarah sekuler yang berbicara tentang 'Darius orang Media,' dan kedua, orang-orang Persia pada masa itu berada di atas angin dalam peperangan mereka melawan orang Media. Ketiga, sejarah kontemporer yang diberikan dari dokumen-dokumen tulisan paku pada masa itu, seperti Silinder Koresy dan Catatan Sejarah Babel tidak memberikan tempat apapun bagi pendudukan Babel oleh orang Media sebelum orang-orang Persia di bawah Koresy menaklukkannya. Para sejarahwan Kristen membantahnya dengan mengklaim bahwa kerajaan Darius disebutkan hanya terdiri dari orang-orang Kasdim – wilayah yang ada di sekitar kota Babel. Ini berarti bahwa Darius adalah seorang raja ‘’vassal’’ di bawah pemerintahan Koresy; sesuatu yang cukup lazim bagi orang-orang Persia. Kedua, meskipun orang Persia telah mengalahkan dan menyerap kerajaan Media, banyak orang Media yang masih berkuasa di dalam Kerajaan Persia. Aystages yang orang Media, adalah kakek Koresy, dan banyak orang Media menjadi ‘’satrap’’, gubernur, dan jenderal (Lihat orang Media). [sunting] Belsyazar Lukisan minyak cerita Belsyazar dari kitab Daniel oleh Rembrandt, 1635 Akk. bêl-šar-usur. Selama bertahun-tahun Belsyazar menjadi teka-teki bagi kaum for sejarahwan. Kitab Daniel menyatakan bahwa ia adalah “Raja” (Ar. מֶלֶך) pada malam Babel jatuh (ps. 5) dan mengatakan bahwa “ayah”nya (Ar. אַב) adalah Nebukadnezar (5:2, 11, 13, 18). Sebelum 1854, para arkeolog dan sejarahwan tidak tahu apa-apa tentang Belsyazar di luar Kitab Daniel. Memang, meskipun baik Xenophon (Cyropaedia, 7.5.28-30) maupun Herodotus (The Histories, 1.191) menceritakan jatuhnya Babel ke tangan Koresy Agung, keduanya tidak menyebutkan nama raja Babel. Lebih jauh, daftar raja yang disusun oleh Berossus dan Ptolemeus menyebutkan nama Nabonidus (Akk. Nabû-nā'id) sebagai Raja Babel terakhir, namun tidak menyebutkan nama Belsyazar. Hal ini menyebabkan Ferdinand Hitzig mengklaim pada 1850 bahwa Belsyazar adalah "rekaan dari imajinasi si penulis Yahudi." Sejak saat itu bukti baru dari Babel telah memastikan keberadaan Belsyazar serta pemerintahan-bersamanya ketika Nabonidus, ayahnya, berkuasa di Temâ. Misalnya, dalam Silinder Nabonidus, Nabonidus memohon kepada Dewa Sin sbb: “Dan mengenai Belsyazar anak sulungku, biarlah rasa takutmu kepada Ilahi yang agung mengisi hatinya dan semoga kiranya ia tidak berbuat dosa; dan kiranya ia menikmati kebahagiaan dalam hidupnya". Selain itu, Laporan Syair tentang Nabonidus (British Museum tablet 38299) menyatakan, “[Nabonidus] mempercayakan tentara (?) kepada anaknya yang tertua, anaknya yang sulung, pasukan-pasukan di negeri ini diperintahnya di bawah komandonya. Ia melepaskan segala-galanya, mempercayakan kerajaan kepadanya, dan, ia sendiri, ia memulai suatu perjalanan yang panjang. Pasukan-pasukan militer Akkad berbaris bersamanya, ia berbelok ke Temâ jauh di sebelah barat” (Col. II, lines 18 - 29. 18). Sejalan dengan pernyataan bahwa Nabonidus "mempercayakan kerajaan" kepada Belsyazar sementara ia tidak ada, terdapat bukti bahwa nama Belsyazar digunakan dengan nama ayahnya dalam rumusan-rumusan sumpah, bahwa ia mampu mengeluarkan edik, menyewakan tanah perladangan, dan menerima "hak-hak istimewa kerajaan" untuk memakan makanan yang dipersembahkan kepada dewa-dewa. Informasi yang tersedia mengenai pemerintahan bersama Belsyazar tidak berkata apa-apa setelah tahun ke-14 Nabonidus. Menurut Catatan Sejarah Nabonidus, Nabonidus kembali dari Temâ pada tahun ke-17nya dan merayakan pesta Tahun Baru (Akk. Akitu). Apakah Belsyazar melanjutkan pemerintahan bersamanya dengan ayahnya setelah kepulangannya atau tidak, tidak dapat dibuktikan dari dokumen-dokumen yang tersedia. Sebagian mengklaim bahwa tidak dirayakannya Akitu pada masa Nabonidus tidak ada membuktikan bahwa Belsyazar tidak boleh disebut "Raja" karena hal itu membuktikan bahwa ia tidak dapat memimpin festival tersebut. Namun demikian, Laporan Syair tentang Nabonidus mengatakan, "Nabonidus berkata: 'Aku akan membangun kuil baginya (Sin, Dewa Bulan)...hingga aku mencapainya, hingga aku memperoleh apa yang menjadi kerinduanku, aku akan menghapuskan semua festival, Aku bahkan akan memerintahkan agar pesta perayaan Tahun Baru dihentikan!'" Jadi, penghentian Akitu tersebut tampaknya dilakukan dengan perintah Raja dan bukan suatu ketidakmampuan pada pada pihak Belsyazar. Sebagian juga telah mengatakan bahwa ia tidak boleh disebut "Raja" karena ia tidak pernah disebut demikian dalam dokumen-dokumen yang ada. Walaupun memang benar bahwa tak satupun dari dokumen-dokumen ini secara tegas menyebut Belsyazar "Raja," aline sebelumnya menunjukkan bahwa dokumen-dokumen itu memang memperlihatkan bahwa Belsyazar bertindak dalam kapasitas raja. Lebih jauh, istilah bahasa Aram מלך (mlk, raja) dapat digunakan untuk menerjemahkan gelar-gelar para pejabat yang lebih rendah pangkatnya seperti yang dapat dilihat dalam kasus sebuah prasasti dwi-bahasa Akadia/Aram abad ke-9 SM yang ditemukan di Tell Fekheriyeh pada 1979 yang menggunakan sebutan "raja" untuk “gubernur” Akadia. Tak satupun teks-teks di luar Alkitab yang menunjukkan hubungan darah antara Nebukadnezar dan Belsyazar. Para sejarahwan berkeberatan bahwa aspek ini dicatat dalam Daniel. Ada sejumlah penguasa Babel antara kematian Nebukadnezar dan berkuasanya Nabonidus/Belsyazar. Banyak pakar yang menjelaskan kenyataan bahwa para penguasa ini tidak disebutkan sebagai petunjuk bahwa si penulis keliru dalam dugaannay bahwa kedua penguasa itu menjabat secara berturut-turut. Sebagaimana dikatakan oleh para editor Jewish Encyclopedia (1901-1906), yang menunjukkan keyakinan bahwa Daniel ditulis jauh belakangan (lihat 'Waktu penulisan'), "pada masa tradisi lisan yang panjang raja-raja Babel yang tidak penting dapat dengan mudah terlupakan, dan raja terakhir, yang dikalahkan oleh Koresy, tampaknya dianggap sebagai pengganti dari Nebukadnezar yang terkenal." Berdasarkan penalaran ini, para sejarahwan menganggap rujukan kepada hubungan Belsyazar dengan Nebukadnezar semata-mata sebagai kesalahan yang didasarkan pada kesalahpahaman di atas. [sunting] Gilanya Nebukadnezar Raja Nebukadnezar yang menjadi gila, karya William Blake. Keberatan penting ketiga yang diajukan oleh para sejarahwan adalah laporan tentang kegilaan yang diderita oleh Nebukadnezar yang ditemukan dalam pasal 4 Daniel. Dalam Naskah Laut Mati sebuah potongan yang dikenal sebagai Doa Nabonidus (4QPrNab) membahas penyakit yang dialami oleh Nabonidus, dan diduga (1) bahwa kegilaan Nebukadnezar yang dibahas oleh Daniel sesungguhnya merupakan bukti bahwa sebuah tradisi lisan tentang sebuah penyakit yang aneh sesungguhnya diubah menjadi olok-olok melalui pengisahkan kembali sebagai cerita yang secara keliru dicatat oleh Daniel. [sunting] Waktu pengepungan pertama Yerusalem oleh Nebukadnezar Kitab Daniel dimulai dengan mengatakan: Pada tahun yang ketiga pemerintahan Yoyakim, raja Yehuda, datanglah Nebukadnezar, raja Babel, ke Yerusalem, lalu mengepung kota itu. Tuhan menyerahkan Yoyakim, raja Yehuda, dan sebagian dari perkakas-perkakas di rumah Allah ke dalam tangannya. Semuanya itu dibawanya ke tanah Sinear, ke dalam rumah dewanya; perkakas-perkakas itu dibawanya ke dalam perbendaharaan dewanya. (TB) Ini tampaknya adalah deskripsi mengenai pengepungan pertama Yerusalem pada 597 SM, yang terjadi pada tahun ke-12 Yoyakim hingga masa pemerintahan anaknya, Yoyakhin. (lihat 2 Raja-raja 24 dan 2 Tawarikh 36). Pada tahun ketiga Yoyakim (606 SM), Nebukadnezar belum menjadi raja Babel, dan orang-orang Mesir masih mendominasi wilayah itu. Para pendukung tanggal penulisan Daniel yang lebih awal umumnya menjelaskan hal ini dengan mencantumkan pengepungan lainnya atas Yerusalem, yang sebenarya tidak pernah diketahui 605 SM, tak lama setelah Pertempuran Karkemis. [sunting] Waktu penulisan Menurut tradisi, Kitab Daniel diyakini ditulis oleh orang yang bernama sama pada masa dan tak lama sesudah pembuangan di Babel pada abad ke-6 SM. Sementara kebanyakan sarjana Kristen konservatif dan Yahudi Ortodoks masih menegaskan tanggal ini sebagai waktu yang realistik, di kalangan sarjana liberal terdapat konsensus bahwa arkeologi dan analisis tekstual menunjukkan waktu penulisan yang jauh di kemudian hari. Pembagian ini terutama disebabkan oleh teologi: para sarjana Alkitab yang konservatif menerima klaim Alkitab bahwa nabi-nabi dapat melihat jauh ke masa depan dan kemudian menggambarkan apa yang mereka lihat di dalam bahasa lisan atau tulisan. Para sarjana Alkitab yang liberal, yang berasal dari aliran Kritik Tinggi Jerman, menolak pendapat bahwa nabi-nabi dapat melihat jauh ke masa depan, bahwa pada kenyataannya Daniel tidak mempunyai penglihatan seperti itu. Hal ini membangkitkan lebih banyak persoalan daripada memecahkannya. Banyak dari metafora yang digunakan dalam penglihatan-penglihatan Daniel cukup hidup, menunjuk kepada individu-individu dan kerajaan-kerajaan tertentu. Spesifisitas dari penglihatan-penglihatan ini merupakan garis pemisah di antara kedua kubu. Jadi, para ahli liberal harus mengatasi masalah spesifisitas Daniel, menetapkan waktu pneulisan Kitab Daniel jauh belakangan (lihat di bawah) dan menghubungkan kitab ini kepada seorang penulis yang tidak dikenal yang menampilkan Daniel sebagai si pengarang kitab ini yang memakai namanya. Keilmuan liberal tentang penetapan waktu penulisan Kitab Daniel umumnya tergolong pada dua kubu: yang pertama mengatakan bahwa kitab ini secara keseluruhan ditulis oleh satu orang pengarang pada masa dihancurkannya Bait Suci Yerusalem (168-165 SM) di bawah penguasa Seleukus Antiokhus IV Epifanes (memerintah 175-164 SM), yang lainnya menganggapnya sebagai kumpulan cerita yang berasal dari waktu yang berbeda-beda di sepanjang periode Helenis (dengan sebagian bahannya kemungkinan berasal dari periode Persia yang terakhir), dengan penglihatan-penglihatan dalam pasal 7-12 ditambahkan di kemudian hari pada masa pencemaran Bait Suci oleh Antiokhus. John Collins berpendapat bahwa menurut analisis tekstual bagian "kisah-kisah istana" dari Daniel ini tidak mungkin ditulis pada abad ke-2 SM. Dalam entrinya untuk Kitab Daniel pada 1992 dalam Anchor Bible Dictionary, ia menyatakan "jelas bahwa cerita-cerita istana dalam pasal 1-6 'tidak ditulis pada masa Makabe'. Bahkan tidak mungkin kita mengisolir satu ayat pun yang menunjukkan penyisipan oleh seorang redaktur dari masa tersebut." Sebagian ahli tidak setuju dengan pendapatnya ini, dan masih yakin bahwa bagian ini ditulis pada masa pemberontakan Makabe bersama dengan pasal tentang penglihatan. [sunting] Isi [sunting] Antiokhus IV Epifanes Kebanyakan penafsir menemukan bahwa rujukan-rujukan dalam Kitab Daniel mencerminkan penganiayaan Israel oleh Antiokhus IV Epifanes (175–164 SM), dan akibatnya mereka percaya bahwa bagian itu berasal dari periode tersebut. Secara khusus, penglihatan dalam pasal 11, yang memusatkan perhatian pada serangkaian peperangan antara "Raja dari Utara" dengan "Raja dari Selatan," pada umumnya ditafsirkan sebagai pembahasan mengenai sejarah Timur Dekat dari masa Alexander Agung hingga masa Antiokhus IV; yang dimaksudkan dengan "Raja-raja dari Utara" adalah raja-raja Seleukus dan "Raja-raja dari Selatan" adalah raja-raja Ptolemaik, penguasa Mesir. Kesimpulan ini pertama kali diambil oleh filsuf Porfiri dari Tirus, seorang Neoplatonis kafir abad ke-3 yang tulisannya sebanyak 15 jilid yang berjudul Melawan Orang Kristen hanya kita kenal melalui jawaban yang diberikan oleh Hieronimus. Hieronimus menerima banyak (tetapi tidak semua) dari penafsiran Porfiri tentang penglihatan Daniel, tetapi berpegang pada pandangan tradisional tentang tanggal penulisan Daniel dan berpendapat bahwa kesamaan-kesamaan dengan sejarah yang sesungguhnya disebabkan oleh karena Daniel memang seorang nabi sejati, dan bukan karena buku itu ditulis di kemudian hari. Jadi, Porfiri adalah satu-satunya kritikus yang dikenal hingga abad ke-17 yang mengungkapkan keraguannya bahwa Daniel ditulis pada masa yang lebih awal. Banyak sejarahwan berpendapat bahwa kitab ini ditulis untuk memengaruhi orang-orang Yahudi yang hidup di bawah penganiayaan Antiokhus. Mereka yakin bahwa kejadian-kejadian yang digambarkan di dalam penglihatan-penglihatan itu sesuai benar dengan kejadian-kejadian pada masa Makabe sementara kitab itu keliru pada peristiwa-peristiwa penting yang menyangkut sejarah Babel. [sunting] Empat Kerajaan Kebanyakan sarjana Alkitab menganggap bahwa keempat kerajaan yang dimulai dengan Nebukadnezar, yang disebutkan dalam penglihatan tentang patung Nebukadnezar dalam Daniel 2, identik dengan empat kerajaan “akhir zaman’ yang disebutkan dalam penglihatan pada pasal 7, dan biasanya menganggap kerajaan-kerajaan itu adalah (1) Babel, (2) Media, (3) Persia, dan (4) Yunani (Collins). Sebagian orang Kristen konservatif mengidentifikasikannay sebagai (1) Babel, (2) "Media-Persia," (3) Yunani, dan (4) Roma (mis. Young); yang lainnya (mis. Stuart, Lagrange) mendukung skema berikut ini: (1) Neo-Babel, (2) Media- Persia, (3) kerajaan Yunani dari Alexander Agung, dan (4) saingannya, Diadochi, yaitu. Mesir dan Suriah. [sunting] Bahasa Daerah perdebatan besar terakhir menyangkut masa penulisan Daniel berkaitan dengan bahasa yang digunakan. Kedua rujukan yang digunakan untuk menetapkan masa penulisan bahasa Aram adalah naskah Samaria yang berasal pada masa yang sezaman (abad ke-4 SM) dan Naskah Laut Mati (abad ke-2 SM-abad pertama M). Menurut John Collins dalam tafsiran 1993-nya, Daniel, Hermennia Commentary, bahasa Aram dalam Daniel hampir secara universal dianggap oleh para sarjana berasal dari bentuk yang belakangan yang digunakan di Samaria pada masa yang sama, tetapi bentuk bahasa ini dianggap oleh banyak orang sedikit lebih awal daripada apa yang digunakan dalam Naskah Laut Mati. Oleh karena itu, kisah-kisah Aram dalam pasal 2-6 dianggap oleh sebagian pakar telah ditulis lebih awal dalam masa Helenistik daripada sisa kitab ini, dengan kisah tentang penglihatan dalam pasal 7 sebagai satu-satunya bagian berbahasa Aram yang berasal dari masa Antiokhus. Bahasa Ibrani dalam kitab ini, betapapun juga, mirip dengan yang ditemukan dalam Naskah Laut Mati, sehingga menunukkan masa abad kedua SM date untuk bagian-bagian berbahasa Ibrani dari kitab ini (pasal 1 dan 8-12). 2 [sunting] Kata-kata pinjaman Ada tiga kata Yunani yang digunakan di dalam teks ini yang telah lama dianggap sebagai bukti bahwa Daniel di tulis belakangan. Ketiga kata Yunani ini digunakan untuk alat-alat musik. Kehadiran kata Yunani 'symphonia' (simfoni) menurut Rowlings paling awal digunakan pada abad kedua SM, tetapi keilmuan modern kini tahu bahwa kata ini digunakan jauh lebih awal, baik dalam pengertian sebagai alat musik spesifik dan seagai istilah untuk merujuk kepada sebuah kelompok alat musik yang dimainkan dalam satu suara. Pythagoras menggunakan istilah ini untuk sebuah alat musik pada abad ke-6 SM, sementara penggunaannya untuk sebuah kelompok yang bermain bersama-sama ditemukan pada abad ke-6 SM 'Hymni Homerica, ad Mercurium 51'. Namun demikian, meskipun kata ini telah digunakan pada masa yang cukup awal di Yunani, tak ada bukti bahwa alat-alat musik ini digunakan di Mesopotamia pada masa Neo-Babel di mana alat-alat ini konon digunakan di dalam Daniel. Jadi, penyebutannya di dalam kitab ini pada umumnya ditafsirkan sebagai anakronisme. Juga terdapat 19 kata pinjaman bahasa Persia di dalam kitab ini, kebanyakan daripadanya berkaitan dengan posisi-posisi pemerintahan. [sunting] Penggunaan kata ‘Kasdim' Kitab Daniel menggunakan istilah "Kasdim" untuk merujuk kepada sebuah kelompok etnis Babel dan kepada para ahli bintang pada umumnya. Menurut Montgomery dan Hammer, penggunaan kata ‘Kasdim’ oleh Daniel untuk merujuk para ahli bintang pada umumnya adalah suatu anakronisme, karena pada masa Neo-Babel dan awal Persia ketika Daniel konon hidup, kata itu hanya merujuk kepada suatu kelompok etnis. Bandingkan dengan Orakel Kasdim yang belakangan . [sunting] Kesatuan Daniel Studi tentang masalah kesatuan dalam Daniel sangat berbeda dibandingkan dengan studi mengenai penentuan tanggal penulisannya. Sementara hampir semua ahli menyimpulkan bahwa kitab ini selesai ditulis pada bentuk finalnya pada abad ke-2, mereka saling berbeda pendapat mengenai kesatuan kitab Daniel. Banyak ahli, yang menemukan bagian-bagian dari kitab ini membahas tema-tema yang mereka anggap tidak cocok dengan masa Antiokhus, menyimpulkan bahwa bagian-bagian yang berlainan dari kitab ini ditulis oleh penulis yang berbeda-beda pula. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Barton, L. Berthold, Collins, dan H. L. Ginsberg. Sejumlah sejarahwan yang mendukung bahwa kitab ini adalah sebuah kitab yang utuh menyatu termasuk J.A. Montgomery, S.R. Driver, R. H. Pfeiffer, dan H.H. Rowling dalam risalatnya yang diberinya judul The Unity of the Book of Daniel. (Kesatuan Kitab Daniel) Mereka yang berpegang pada klaim bahwa Daniel adalah sebuah kitab yang utuh beranggapan bahwa lawan-lawan mereka gagal menemukan konsensus apapun dalam berbagai teori mereka tentang di mana pembagian itu muncul. Montgomery khususnya sangat keras terhadap rekan-rekannya, dan menyatakan bahwa pengembangan teori-teori yang tidak menghasilkan kesepakatan itu menunjukkan “kebangkrutan kritik.” Mereka juga menuduh bahwa teori-teori komposit (penggabungan tulisan) gagal dalam menjelaskan gambaran tematis yang konsisten tentang kehidupan Daniel di sepanjang Kitab Daniel. [sunting] Penggunaan “Daniel” oleh orang Kristen Seperti yang disebutkan di atas, Doa Azarya dan Nyanyian Ketiga Anak dari bagian Kitab Daniel yang deuterokanonik digunakan secara luas dalam doa Ortodoks dan Katolik. Berbagai episode dalam paruhan pertama dari kitab ini digunakan oleh orang Kristen sebagai cerita-cerita yang bermuatan pesan moral, dan sering dianggap sebagai kejadian-kejadian yang kelak akan muncul dalam kitab-kitab Injil. Bagian apokaliptik terutama sangat petning bagi orang Kristen karena gambaran tentang "Anak Manusia" (Dan. 7:13). Menurut kitab-kitab Injil, Yesus menggunakan gelar ini sebagai nama pilihannya untuk dirinya sendiri. Hubungan dengan penglihatan Daniel (yang dipertentangkan dengan penggunaannya di dalam Kitab Yehezkiel) dibuat jelas dalam kitab Injil Matius dan Markus (Mat. 27:64; Mrk. 14:62). Orang Kristen melihat hal ini sebagai klaim langsung oleh Yesus bahwa dialah sang Mesias itu. [sunting] Pengaruh Danielerita kitab Daniel